English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Friday, April 20, 2012

Nonton Film Sedih Justru Bikin Bahagia

Menonton film sedih ternyata dapat memberikan efek sebaliknya bagi mereka yang menonton. Sebuah riset terbaru mengindikasikan, menonton film sedih justru membuat orang lebih bahagia karena menyebabkan mereka untuk berpikir tentang orang yang mereka cintai.

"Kisah tragis sering fokus pada tema percintaan yang kekal, dan ini menyebabkan penonton untuk berpikir tentang orang yang mereka cintai dan mengingat betapa beruntungnya mereka karena tidak mengalami hal itu," kata pemimpin studi, Silvia Knobloch-Westerwick, seorang profesor komunikasi dari Ohio State University, Columbus.

Penelitian ini melibatkan 361 mahasiswa yang menonton versi singkat dari film berjudul Atonement, di mana mengisahkan dua pasang kekasih yang terpisah dan mati saat Perang Dunia II. Sebelum dan setelah film, para peserta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mengukur seberapa bahagia mereka dengan kehidupan mereka.

Hasil kajian menunjukkan, semakin sering mereka menonton film itu, membuat peserta berpikir tentang orang yang mereka cintai dan semakin besar tingkat kebahagiaan mereka. Tapi untuk beberapa peserta yang egois, hal ini tidak terlalu berpengaruh karena mereka berpikir, "Hidup saya tidak seburuk seperti karakter dalam film" - sehingga tidak mengalami peningkatan kebahagiaan.

"Orang-orang tampaknya menggunakan cerita atau film tragis sebagai cara untuk mencerminkan betapa pentingnya sebuah hubungan dalam kehidupan mereka sendiri dan berpikir berapa banyak keuntungan yang telah mereka dapat," kata Knobloch-Westerwick.

"Temuan ini bisa membantu menjelaskan mengapa film tragedi begitu populer dikalangan masyarakat, meskipun menyebabkan kesedihan bagi mereka," tutupnya
Penelitian ini dipublikasikan secara online dan cetak dalam journal Communication Research.

Sumber : healthdaynews

Sunday, April 15, 2012

Tipe Teman yang Perlu Dimiliki Perempuan


Ungkapan tak boleh memilih-milih teman rasanya tidak selamanya tepat. Pada situasi tertentu, memilih teman yang tepat juga bisa berpengaruh pada perkembangan jiwa, kepribadian, dan motivasi Anda. Menurut sebuah studi yang dilakukan di Australia, persahabatan dengan teman yang tepat bisa membuat umur seseorang lebih panjang dibanding dengan ikatan keluarga. Bahkan persahabatan juga bisa melindungi seseorang dari risiko obesitas, depresi, penyakit jantung, dan masalah kesehatan lainnya.

"Ketika seorang perempuan sedang stres, mereka akan berusaha mencari seorang teman untuk bicara dan curhat. Dengan cara ini mereka bisa melepaskan hormon oksitosin yang memiliki efek menenangkan pikiran dan tubuh," ungkap Joan Borysenko, PhD, penulis buku Inner Peace for Busy Women.

Tak perlu ratusan atau ribuan teman di media sosial untuk memenuhi kebutuhan Anda berbagi, karena mereka tak akan tahu bahwa Anda sedang gundah kecuali Anda mengabarkannya. Cukup beberapa tipe teman yang bisa memotivasi dan membuat hidup Anda kembali menyenangkan.

1. Teman masa kecil
Pertemanan yang sudah dibina sejak lama memang punya keistimewaan sendiri. Mereka mengenal Anda dan keluarga Anda dengan baik, seiring dengan bertambahnya usia Anda. Teman masa kecil akan memberikan banyak kenangan dan cerita yang berbeda dalam hidup. "Teman semasa kecil bisa mengingatkan Anda bahwa Anda tetap seperti dulu dengan sikap yang baik, dan akan selalu baik," ungkap Rebecca G. Adams, PhD, peneliti hubungan pertemanan dan ahli sosiologi dari University of North Carolina di Greensboro. Teman semasa kecil juga menjadi pengingat siapa diri Anda sebenarnya, dan membuat Anda tetap membumi ketika Anda mulai lepas kontrol dan berubah ke arah negatif.

2. Teman baru
Perluas pergaulan Anda dengan memiliki teman baru, karena teman baru tidak memiliki praduga apapun tentang Anda. Profesor dari Virginia Tech Institute, Rosemary Blieszner, PhD, mengungkapkan bahwa teman-teman baru yang kita temui dalam berbagai kegiatan bisa menyegarkan suasana pertemanan dan bisa membawa Anda dalam jaringan orang-orang yang baru. Selain akan memperluas jejaring Anda, mengenal orang-orang dari latar belakang yang berbeda juga akan memberikan pengalaman yang lebih kaya untuk Anda.

3. Teman berolahraga
Setelah lelah bekerja sepanjang minggu, akhir pekan pasti ditunggu-tunggu karena Anda bisa beristirahat. Inilah pentingnya punya teman yang suka berolahraga, karena mereka bisa memotivasi Anda untuk berolahraga, sekalipun Anda sedang malas. Sebuah studi dari University of Connecticut menemukan bahwa dukungan sosial yang kuat dari teman adalah kunci untuk konsisten dalam berolahraga. Untuk hasil terbaik, tetapkan jadwal latihan bersama. "Olahraga bersama sahabat merupakan cara terbaik untuk meningkatkan semangat dan motivasi berolahraga karena dilakukan dengan senang berkat kehadiran teman," ungkap Marcia G. Ory, PhD, peneliti dari Texas Sains A &M Health Center.

4. Teman spiritual
Menurut penelitian, menjadi bagian dari kelompok spiritual ternyata bisa membantu seseorang menjadi lebih "tahan banting" dan lebih sehat. Studi yang dilakukan di Duke University Medical Center menemukan bahwa orang yang sering mengambil bagian dalam kegiatan spiritual seperti berdoa atau bermeditasi, ternyata memiliki kemungkinan 50 persen lebih besar untuk hidup lebih lama dibandingkan dengan orang yang usia dan status kesehatannya sama.

5. Teman yang lebih muda
Penelitian menunjukkan bahwa elemen penting dari kehidupan yang bahagia adalah memelihara dan merasa berguna bagi orang lain, misalnya dengan berbagi pengalaman yang pernah dialami. "Teman yang lebih muda bisa membantu kita merasa lebih berharga dan berguna bagi orang lain," tukas Blieszner.

6. Teman pasangan Anda
Dalam hal yang positif, bisa berbaur dengan teman pasangan Anda bisa membantu meningkatkan keharmonisan pernikahan Anda. Jangan anggap bahwa hanya menyatu dengan keluarga pasangan saja yang bisa membuat Anda bahagia. Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 347 pasangan membuktikan, ada hubungan positif di antara lingkungan pertemanan Anda. Pasangan juga akan banyak menghabiskan waktu bersama mereka sehingga secara tak langsung teman pasangan adalah bagian dari keluarga.

7. Ibu
Menurut survei dari Pennsylvania State University, sekitar 85 persen perempuan dewasa mengaku memiliki hubungan yang baik dengan ibu mereka. Meski tak jarang ada konflik yang tak terhindarkan antara ibu dengan anak perempuan, namun umumnya hubungan ini sangat kuat, dekat, dan saling mendukung. Ibu merupakan orang terdekat dalam keluarga yang selalu siap membantu Anda ketika menghadapi masalah apapun. "Ada nilai besar dalam ikatan ini karena ibu dan anak perempuan sangat peduli satu sama lainnya," ungkap Karen L. Fingerman, PhD. 

Sumber: prevention.com

Saturday, April 7, 2012

Siapa Rawan Depresi?


Anda perlu hati-hati bila berada dalam situasi tertentu, karena kondisi-kondisi ini merupakan saat rawan yang memungkinkan Anda mudah mengalami depresi. Waspadai diri bila Anda;

• Mengalami kelelahan dan gangguan tidur, karena hal ini bisa menyebabkan depresi
• Hamil atau habis melahirkan
• Kesulitan keuangan
• Memiliki dua atau lebih penyakit kronik
• Berusia lanjut
• Mengalami kegemukan
• Kerabat dekat memiliki riwayat depresi
• Lingkungan rumah yang miskin
• Terisolasi dari pergaulan social
• Menyalahgunakan obat

Sumber: sehatnews.com 

Wednesday, April 4, 2012

Sepuluh Penelitian Psikologi Paling Aneh


1. Berjalan Lebih Cepat
Dari tahun 1994, hari ini, kita berjalan 10% lebih cepat. Tidak jelas mengapa hal ini begitu penting, sehingga membuat Richard Wiseman membandingkan hasil penelitian tentang kecepatan berjalan manusia sejak tahun 1994. Orang-orang dari 35 kota dimasukkan dalam penelitian tersebut. Kita tahu bahwa hari ini kita hidup jauh lebih cepat dari sebelumnya dan hasil penelitian membuktikannya, bahwa orang berjalan tercepat ada di ibukota bisnis Singapura. Berapa sebenarnya luas ibu kota Singapura?

2. Air Mani Sebagai Obat Depresi
Para peneliti tidak pernah mengumumkan apa yang memotivasi mereka melakukan studi ini, tetapi mereka berdua adalah pria dan kita bisa menebak itu. Mereka terinspirasi oleh sebuah penelitian dari tahun 1986 yang menyatakan bahwa prostaglandin, sebuah komponen yang terkandung dalam air mani, sebenarnya bisa berguna dalam mengobati depresi. Namun, penelitian mereka berakhir dengan pertanyaan dari pada jawaban dan sekarang mereka berniat untuk melangkah lebih jauh dengan itu.

3. Hubungan antara Empati dan Wajah
Menurut penelitian ini, orang yang sering menunjukkan empati satu sama lain, bisa berkembang menjadi memiliki kesamaan atau kemiripan wajah satu sama lain dari waktu ke waktu. Robert Zajonc dan rekan-rekannya membuktikan bahwa pasangan yang sudah menikah memiliki kemiripan satu sama lain seiring dengan bertambahnya usia mereka. Alasan yang mungkin adalah diet, lingkungan, kecenderungan dan empati. Para penulis percaya bahwa empati adalah alasan yang membentuk wajah mereka tampak lebih mirip.

4. Kekuatan Menatap
Kekuatan sugesti memang sangat populer saat ini. Mungkin teori ini benar. Kelompok Ilmuwan telah membuktikan bahwa jika anda memegang tas di tangan sambil terpaku menatap seseorang, jika tas tersebut jatuh, orang yang anda tatap adalah orang pertama yang akan membantu Anda. Namun, mereka tidak akan merasakan kekuatan sugesti anda. Mungkin tatapan itu hanya akan membuat mereka berpikir bahwa anda gila dan lagi butuh bantuan.

5. Anjing sebagai Solusi Kekakuan Berbicara
Psikolog Hart dan Boltz pada tahun 1993 menemukan bahwa orang yang memelihara anjing memiliki kemampuan berbicara lebih dengan orang lain dibandingkan dengan orang rata-rata (yang tidak memelihara anjing). Masalahnya adalah: Anjing. Ok, begini, jika mereka kumpul bareng, para pemilik mobil misalnya, akan lebih banyak berbicara tentang mobil, para pemain sepak bola akan lebih banyak berbicara tentang sepak bola. Lalu, ngapain mereka memilih pemilik anjing? - masih misteri!

6. Makan Anjing
Masih tentang anjing yaitu studi psikologi hubungan antara manusia dan anjing. Penelitian ini membuktikan bahwa tergantung pada status sosial-ekonomi dan budaya apakah seseorang memutuskan untuk memakan anjing perliharaan mereka sendiri ketika anjing itu mati. Anda akan terkejut mengetahui bahwa rata-rata warga Amerika adalah mereka yang lebih mungkin untuk mencicipi kelezatan lauk yang terbuat dari hewan peliharaan mereka. Kasihan sekali warga Amerika dan Brazil, sedangkan Cina - you know-lah - tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

7. Meneliti Sendiri Penyakit Stroke yang Dideritanya
Meskipun subjek penelitian tidak aneh, namun orang ini mempelajari stroke pada otaknya sendiri dan layak mendapat tempat dalam daftar penelitian psikologi aneh. Alan Hobson, seorang peneliti seputar klenik-klenik tidur dan mimpi ini mengalami stroke di pangkal otaknya pada tahun 2001 dan memutuskan untuk mendokumentasikan rincian tentang apa yang ia rasakan. Penelitian ini menjadi lebih aneh setelah anda tahu bahwa subjek Alan Hobson sebelum terkena stroke bukanlah manusia tetapi... Kucing.

8. Percobaan Kencing
Penelitian aneh ini termotivasi oleh banyaknya diskusi tentang etika dalam studi psikologi. Pada tahun 1976, Middlemist, Knowles & Hal menguji bagaimana kecepatan dan cucuran air kencing laki-laki yang buang air kecil di WC umum dipengaruhi oleh invasi ruang pribadi. Sangat misterius apa yang membuat mereka ingin tahu tentang hal ini, tetapi mereka menyelesaikan studi tersebut dan mendapatkan hasil:

Orang-orang memilih kencing tidak berdiri di samping orang lain yang sedang kencing; dan orang-orang yang kencing berdiri di dekat orang lain yang sedang kencing, semakin lama waktu yang mereka perlukan untuk memulai kencing dan semakin pendek cucuran air kencing mereka.

9. Percobaan Menggelitik dengan Subjek Anak Sendiri
Kita tahu bahwa jika seseorang mengorek-ngorek telapak kaki atau area di bawah ketiak anda maka secara spontan anda akan merasa tergelitik. Tapi Profesor Clarence Leuba ingin tahu apakah reaksi menggelitik adalah respon bawaan atau bukan. Penelitian ini menjadi aneh ketika ia memutuskan untuk menggunakan anak-anaknya sendiri sebagai subyek percobaan. Dia menggelitik dan melacak reaksi mereka setiap hari. Sayangnya, suatu hari ia lupa seluruh protokol dan percobaan itupun hancur. Bagaimanapun, dia akhirnya berhasil sampai pada sebuah kesimpulan bahwa reaksi menggelitik itu adalah respon bawaan.

10. Proyek Merpati
Penelitian ini tidak hanya aneh, tapi juga bodoh. Sulit dipercaya bahwa seseorang telah memutuskan untuk melakukan sesuatu seperti ini. BF Skinner, seorang pelatih binatang punya ide bagus bagaimana memandu rudal-rudal yang mungkin kehilangan target. Ide jeniusnya adalah menginstal perangkat yang mampu melihat dengan jelas, yang akan memandu rudal itu. Dan pilihannya adalah merpati, dia percaya pada kemampuan merpati menggerakkan moncong rudal yang kehilangan target tersebut.

Sumber:
-http://www.jelajahunik.us/2012/01/10-penelitian-psikologi-paling-aneh.html 

Tuesday, April 3, 2012

Buku Tamu


Tinggalkan Pesan/Komentar yang Membangun di bawah ini

Baca dan Berhitung Bukan Porsi PAUD


Kesadaran memberikan pendidikan bagi anak-anak usia dini kini semakin berkembang. Berbagai sekolah berlomba-lomba menerapkan berbagai metode pendidikan untuk anak usia dini. Namun, orangtua sebaiknya lebih bijaksana memilih metode pendidikan yang tepat.

Menurut Ketua Komisi Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait, anak-anak berusia balita (bawah lima tahun) yang mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD) seharusnya tidak diberikan pendidikan baca tulis dan hitung (calistung).

"Kurikulum yang ada dibuat PAUD itu seharusnya didesain lebih pada sosialisasi pendidikan kepada anak, seperti berkenalan kepada temannya, bagaimana berinteraksi dan sosialisasi; bukan calistung. Berhitung itu seharusnya dimulai dari kelas I SD," ungkapnya dalam acara media edukasi bertajuk "Mengenali Gejala Stres pada Anak" yang diadakan oleh lembaga konseling Personal Growth, Selasa (20/3/2012) di Jakarta.

Dengan diajarkannya calistung pada PAUD ini, ia menilai anak-anak menjadi stres. Demikian pula dengan orangtua dan gurunya yang ikut stres, dan akan berdampak ketika menghadapi ujian nasional.

"Anak kita yang PAUD tidak bisa baca tulis, orangtuanya stres karena tidak bisa memasukkannya ke SD. Begitu seterusnya karena tidak sesuai grade. Ini dikarenakan sistem kurikulumnya memaksa anak harus bisa baca tulis," paparnya.

Kurikulum seperti itu, katanya, seperti sistem target yang harus diselesaikan. Seharusnya sistem pendidikan menggunakan sistem yang dapat membuat anak didik nyaman dan senang saat belajar.

"Kalau sekarang, misalnya, ketika guru tidak bisa hadir di kelas, anak-anak senang. Tidak merasa seperti ada yang kurang. Di sinilah salahnya," lanjutnya.

Menurut psikolog Ratih Ibrahim, seharusnya di setiap keluarga terbangun sebuah kesadaran bahwa pendidikan bukan hanya dari sekolah. Alternatif pendidikan itu bisa disediakan oleh orangtua.

"Sebetulnya, paling penting, itu disediakan oleh orangtua karena mereka kenal dengan baik psikologis perkembangan anaknya," ujar Ratih yang juga Direktur Personal Growth, dalam acara yang sama.

Dengan demikian, kata Ratih, kalau orangtua percaya diri akan anaknya dan gaya mendidik mereka, maka anak akan menemukan potensi mereka. "Ini yang tidak bisa diukur dengan nilai," katanya.

Sumber:
-http://edukasi.kompas.com/read/2012/03/21/13312157/Baca.dan.Berhitung.Bukan.Porsi.PAUD

Anak-anak Autis Juga Punya Masa Depan


Anak-anak penyandang autis juga memiliki masa depan dan prestasi. Namun, mereka tidak bisa meraih itu sendiri, diperlukan bantuan dari orang-orang di sekitarnya untuk menerima dan memberikan kesempatan kepada mereka.

Guna memberikan edukasi pada masyarakat tentang mengembangkan potensi anak-anak penyandang autis, London School Center of Autism Awareness (LSCAA) tahun ini kembali menggelar kampanye untuk membangun kesadaran dan kepedulian pada penyandang autis.
Tahun ini tema besar "Aku Bisa..."' menjadi fokus Autism Awareness Festival IV. Rizka Septiana dari London School of Public Relations di Jakarta, Selasa (3/4/2012), mengatakan Autism Awareness Festival IV dilaksanakan pada Sabtu, 14 April,  mulai pukul 10.00 hingga pukul 17.00.

Digelar beragam acara dan pameran sepanjang hari di Taman Menteng, Jakarta. Ada beberapa kegiatan lain seperti seminar yang terdiri dari empat sesi yang berbeda. Untuk sesi 1 ada informasi tentang persiapan orangtua menghadapi masa remaja pada anak autis dan sesi 2 soal manfaat yoga untuk anak autis.

Terkait pendidikan bagi anak autis dibahas di sesi 3, yakni pentingnya pendidikan vokasional untuk anak autis dan sesi 4 berisi workshop tentang pendidikan vokasional. Biaya seminar Rp 35.000.

Hadir juga demo memasak oleh Ibu Rini Sanyoto. Chef yang akan membagikan resep-resep masakan yang sehat yang dapat dikonsumsi oleh anak-anak autis.   Pengunjung juga dapat mencari informasi di stan-stan mitra LSCAA yang dapat memberikan informasi bagi para orangtua, seperti pusat terapi, sekolah inklusi, dan alat pendidikan.

Pada acara ini digelar konser "Aku Bisa" yang menampilkan anak-anak autis yang berbakat, seperti menyanyi, bermain alat musik, band, main gamelan, dan menari.

Gelar karya anak-anak autis disajikan dalam acara Wall Achievement dan Showcase. Ini merupakan pameran yang berisikan karya anak-anak autis.   Informasi dan pendaftaran dapat menghubungi LSCAA (021) 57943801 atau 081511300225.

Sumber:
http://edukasi.kompas.com/read/2012/04/03/09000936/Anak-anak.Autis.Juga.Punya.Masa.Depan

Monday, April 2, 2012

Wanita Bahagia Bila Pria Tahu Perasaan Sakit Mereka


Penelitian baru yang dipublikasikan oleh American Psychological Association (APA) dalam Journal of Family Psychology, mengatakan bahwa Pria harus mengetahui kapan pasangan wanita mereka marah ataupun senang.

Penelitian ini menemukan bahwa pria dan wanita yang memiliki empati pada pasangan akan menciptakan kepuasan dalam hubungan mereka. Mereka perlu untuk mengetahui kapan pasangan mereka merasa senang ataupun kesal.

“Bagi wanita, melihat bahwa pasangan pria mereka marah mencerminkan keterlibatan emosional dalam hubungan. Hal ini sesuai dengan banyak wanita yang sering mengalami ketidakpuasan, ketika pasangan pria mereka menjadi emosional saat menanggapi konflik.” Kata peneliti utama studi tersebut, Shiri Cohen, PhD, dari Harvard Medical School, dikutip dari rilis APA (5/3/12).

Peneliti yang berjudul “Eye of the Beholder: The Individual and Dyadic Contributions of Empathic Accuracy and Perceived Empathic Effort to Relationship Satisfaction” ini, dilakukan pada 156 pasangan heteroseksual. 102 pasnagan berasal dari wilayah Boston, sisanya dari Bryn Mawr.

Subjek penelitian memiliki karateristik yang beragam. Ini dilakukan untuk menemukan pasangan yang bervariasi dalam cara mereka menyelesaikan konflik dan mengendalikan emosi mereka. Secara keseluruhan, 71 persen pasangan berkulit putih, 56 persen menikah dan rata-rata telah menjlain hubungan selama setengah hingga tiga tahun.

Pada awalnya peneliti menganggap bahwa kepuasan pada hubungan secara langsung terkait dengan kemampuan pria untuk membaca emosi positif pasangan wanita mereka. Namun, wanita justru lebih puas dalam sebuah hubungan bila pasangan mereka lebih memahami saat wanita marah maupun kesal, dibanding ketika mereka senang.

Sebaliknya, pria yang melakukan empati pada emosi negatif seperti itu, justru membuat pria merasa tidak bahagia. Para peneliti berpendapat bahwa berempati pada emosi negatif menandakan ancaman keberlangsungan hubungan bagi pria, walaupun wanita menganggapnya berbeda.

Penemuan ini menunjukkan bahwa pasangan yang berusaha untuk empati pada perasaan pasangan mereka, semakin membuat mereka akan bahagia. Para peneliti berpendapat bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendorong pasangan lebih menghargai dan berkomunikasi satu sama lain dalam upaya berempati.

Sumber:
-http://www.psikologizone.com/wanita-bahagia-bila-pria-tahu-perasaan-sakit-mereka/065115414

Sunday, April 1, 2012

Penyebab Kambuhnya Pasien Gangguan Jiwa


Gangguan jiwa termasuk dalam penyakit yang statusnya sama dengan penyakit lain yang bisa diobati dan disembuhkan. Pada banyak kasus, pasien gangguan jiwa secara medis dinyatakan sembuh dan dikembalikan kepada keluarganya. Namun, dalam beberapa bulan mengalami kekambuhan.

Kekambuhan kembali mantan penderita gangguan jiwa sebagian besar disebabkan oleh kurangnya perhatian dari lingkungan dan bahkan keluarga sendiri sehingga berakibat pada lambatnya proses penyembuhan. Hal itu diungkapkan dr. Eniarti M.Sc. Sp.Kj, Direktur Medik dan Keperawatan RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, Jateng.

"Belakangan ini pandangan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa selalu diidentikkan dengan sebutan orang gila yang dianggap sebagai suatu masalah yang negatif dan mengancam. Itu mindset yang salah," terangnya, Selasa (20/3/21012).

Akibat pola pikir yang keliru di masyarakat,  banyak keluarga pasien penyakit jiwa yang tidak mau menerima anggota keluarganya setelah sembuh secara medis. Akhirnya, penyakit pasien kambuh dan terpaksa dirawat kembali ke rumah sakit.

"Jadi, perhatian positif dari keluarga dan lingkungan sangat dibutuhnkan para mantan penderita gangguan jiwa, bagaimana mereka menerima kembali dengan baik mantan penderita gangguan jiwa, keluarga dan masyarakat sekitar harus memperlakukan mereka secara manusiawi, kasih sayang, diajak melakukan aktivitas sehari-hari dan lain-lain," tegasnya.

Oleh sebab itu, pihaknya berupaya memberikan pendidikan bagi keluarga dan masyarakat terkait hal tersebut, antara lain dengan mengunjungi keluarga pasien  sebelum pasien dipulangkan. Dalam home visist tersebut, tim khusus dari RSJ akan memberikan penjelasan pasca kesembuhan penderitan gangguan jiwa. Pihaknya juga terus bekerjasama dengan puskesmas-puskesmas maupun balai pengobatan yang ada untuk melakukan pengawasan.

Sumber: health.kompas.com

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites