English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Friday, December 30, 2011

Disleksia


Kata disleksia diambil dari bahasa Yunani, dys yang berarti "sulit dalam ..." dan lex (berasal dari legein, yang artinya berbicara). Jadi, menderita disleksia berarti menderita kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol tulis.

Namun, sepanjang seseorang hanya mengalami disleksia murni saja, menurut dr. W. Roan, psikiater, pada umumnya ia hanya mengalami suatu gangguan perkembangan spesifik pada tahap usia tertentu. Pada saat pertumbuhan otak dan sel otaknya sudah sempurna, ia akan dapat mengatasinya. Namun selama mendapat gangguan ia memerlukan pelatihan khusus untuk mengejar ketertinggalannya.

Disleksia bukan aleksia. Yang disebut belakangan ini merupakan gangguan kemampuan membaca atau mengenali huruf serta simbol huruf akibat kerusakan, infeksi, atau kecelakaan yang mengenai otak atau selaput otak sehingga otak kiri korteks oksipital (bagian belakang) terganggu. Padahal bagian otak ini berfungsi mengenali semua persepsi lihat. Karena terjadi gangguan sambungan otak kiri dan kanan, pemulihan aleksia menjadi jauh lebih sulit.

Bentuk klinis disleksia bisa macam-macam. Pertama, sulit menyebutkan nama benda (anomi) amat sederhana sekalipun seperti pensil, sendok, arloji, dll. Padahal penderita mengenal betul benda itu. Gangguan bisa juga dalam kemampuan menuliskan huruf, misalnya b ditulis atau dibaca d, p ditulis atau dibaca q atau sebaliknya.

Bisa juga salah dalam mengeja atau membaca rangkaian huruf tertentu, seperti "left" dibaca atau ditulis "felt", "band" dibaca atau ditulis "brand", "itu" ditulis atau dibaca "uti", "gajah" dibaca atau ditulis "jagah".

Yang menarik, disleksia ternyata tidak hanya menyangkut kemampuan baca dan tulis, melainkan bisa juga berupa gangguan dalam mendengarkan atau mengikuti petunjuk, bisa pula dalam kemampuan bahasa ekspresif atau reseptif, kemampuan membaca rentetan angka, kemampuan mengingat, kemampuan dalam mempelajari matematika atau berhitung, kemampuan bernyanyi, memahami irama musik, dll.

Repotnya, gangguan disleksia adakalanya diikuti dengan gangguan penyerta lain seperti mengompol sampai usia empat tahun ke atas, nakal dan suka mengganggu teman serta mengganggu di kelas.

Seringkali kurang disadari bahwa fungsi pengenalan membaca, huruf, dan bahasa merupakan kesatuan yang melibatkan begitu banyak bagian di otak kita, yakni daya perhatian, daya persepsi pancaindera khususnya indera lihat, dengar, raba, perspektif, daya motorik atau gerak sebagai manifestasi menulis ucapan dan bahasa. Sebab itu bila ada gangguan disleksia, menurut dr. Roan, kita tidak bisa hanya menyalahkan satu bagian kecil otak, karena hal itu merupakan koordinasi dari banyak hal terkait.

Tidak seperti penyandang cacat mental, intelegensi anak disleksia umumnya normal, bahkan acap kali di atas rata-rata. Walaupun sulit membaca kata-kata, biasanya mereka tidak menjumpai kesulitan dalam membaca angka atau not balok musik, kecuali kalau mereka menderita disleksia angka. Jadi, jangan menganggap anak disleksia anak terbelakang atau bodoh.

Macam-macam Gangguan dan Penyakit Jiwa


  • Psikosomatik
Adalah penderita yang menemukan kelainan-kelainan atau keluhan. Pada tubuhnya yang disebabkan oleh faktor-faktor emosional melalui syarat yang menimbulkan perubahan yang tidak mudah pulihnya, misalnya : sulit tidur jika banyak masalah, hilang nafsu makan, makan berlebihan.
  • Kelainan kepribadian
Penderita sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Misalnya orang suka meledak emosinya.
  • Retardasi mental
Adalah keterbelakangan atau keterlambatan perkembangan jiwa seseorang. Contoh dalam memahami sesuatu ilmu pengetahuan yang baru di dapat atau kata-kata baru, cara pemahamannya terlalu lama.
  • Rasionalisasi
Dimana penderita sering memutarbalikkan fakta yang bersangkutan dengan ego individunya sendiri atau dalam arti lain memutarbalikkan hati nuraninya sendiri yang mengakibatkan kepercayaan diri hilang.
  • Neurosis
Adalah gangguan jiwa yang penderitanya masih dalam keadaan sadar, dengan melalui ketidakberesan tingkah laku, susunan syaraf juga karena sikap seseorang terhadap orang lain. Ciri-ciri neurosis meliputi : sering adanya konflik, reaksi kecemasan, kerusakan aspek-aspek kepribadian, phobia, gangguan pencernaan. Seseorang yang terkena neurosis mengetahui bahwasanya bahwa jiwanya terganggu, baik disebabkan gangguan jasmani dan jiwanya sendiri.
  • Psikosis
Pada psikosis ini penderita sudah tidak dapat menyadari apa penyakitnya, karena sudah menyerang seluruh keadaan netral jiwanya. Ciri-cirinya meliputi :
a)     Disorganisasi proses pemikiran
b)     Gangguan emosional
c)     Disorientasi waktu, ruang
d)     Sering atau terus berhalusinasi
Dan ada terapi untuk gangguan jiwa Terapi di sini mengandung arti proses penyembuhan dan pemulihan jiwa yang benar-benar sehat. Di antaranya terapi-terapi yang digunakan meliputi beberapa bentuk :
a.      Terapi holistic, yaitu terapi yang tidak hanya menggunakan obat dan ditujukan kepada gangguan jiwanya saja, dalam arti lain terapi ini mengobati pasien secara menyeluruh.
b.     Psikoterapi keagamaan, yaitu terapi yang diberikan dengan kembali mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.
c.      Farmakoterapi, yaitu terapi dengan menggunakan obat. Terapi ini biasanya diberikan oleh dokter dengan memberikan resep obat pada pasien.
d.     Terapi perilaku, yaitu terapi yang dimaksudkan agar pasien berubah baik sikap maupun perilakunya terhadap obyek atau situasi yang menakutkan. Secara bertahap pasien dibimbing dan dilatih untuk menghadapi berbagai objek atau situasi yang menimbulkan rasa panik dan takut. Sebelum melakukan terapi ini diberikan psikoterapi untuk memperkuat keperca

Alzheimer


Menurut Whitbourne (2003), Alzheimer dikenal sebagai salah satu penyakit yang paling sering ditemui sebagai penyebab demensia. Demensia adalah suatu penyakit penurunan fungsi kognitif/gangguan intelektual/daya ingat yang umumnya semakin lama semakin memburuk (progresif) dan tidak dapat diubah (irreversible). Demensia menyebabkan penderitanya kesulitan untuk menjalani aktivitas sehari-hari dan berhubungan sosial. Demensia yang disebabkan oleh Alzheimer, berarti demesia yang disertai oleh perubahan patologis di otak penderitanya. Waktu penyebaran penyakit Alzheimer pada seseorang bervariasi mulai dari 5 hingga 20 tahun, dan kematian yang terjadi seringkali disebabkan karena infeksi.

Faktor resiko utama seseorang mengidap Alzheimer adalah usia, yaitu semakin tua usia seseorang (khususnya setelah usia 65 tahun) maka semakin rentan orang tersebut mengidap Alzheimer. Menurut National Alzheimer's Association (2003), penyakit Alzheimer menyerang hingga 10 % dari orang berusia 65 tahun atau lebih, dan secara berangsur proporsi ini berlipat ganda setiap 10 tahun setelah usia 65 tahun. Dan sebanyak separuh dari populasi yang berusia 85 tahun atau lebih dapat dipastikan mengidap Alzheimer. Sementara, pada orang yang memiliki faktor genetik turunan / bawaan dari orang tua, penyakit ini akan menyerang di bawah usia 65 tahun. Namun, kasus seperti ini cukup jarang ditemukan. Berdasarkan National Alzheimer's Association (2003), gejala Alzheimer dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
a.      Gejala ringan
1.     Lebih sering bingung dan melupakan informasi yang baru dipelajari
2.     Disorientasi: tersesat di daerah sekitar yang dikenalnya dengan baik
3.     Bermasalah dalam melaksanakan tugas rutin
4.     Mengalami perubahan dalam kepribadian dan penilaian

b.     Gejala menengah
1.     Kesulitan dalam mengerjakan aktivitas hidup sehari-hari, seperti makan dan mandi
2.     Cemas, curiga, dan agitasi
3.     Mengalami gangguan tidur
4.     Keluyuran
5.     Kesulitan mengenali keluarga dan teman.

c.      Gejala akut
1.     Sulit / kehilangan kemampuan berbicara
2.     Kehilangan nafsu makan, menurunnya berat badan
3.     Tidak mampu mengontrol buang air kecil dan buang air besar
4.     Sangat tergantung pada caregiver/pengasuh

Insomnia


Insomnia adalah kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tertidur, atau gangguan tidur yang membuat penderita merasa belum cukup tidur pada saat terbangun. Tidur merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat berfungsi dengan baik. Masyarakat awam belum begitu mengenal gangguan tidur sehingga jarang mencari pertolongan. Pendapat yang menyatakan bahwa tidak ada orang yang meninggal karena tidak tidur adalah tidak benar.

Beberapa gangguan tidur dapat mengancam jiwa baik secara langsung (misalnya insomnia yang bersifat keturunan dan fatal dan apnea tidur obstruktif) atau secara tidak langsung misalnya kecelakaan akibat gangguan tidur. Di Amerika Serikat, biaya kecelakaan yang berhubungan dengan gangguan tidur per tahun sekitar seratus juta dolar. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius.

Prevalensi gangguan tidur pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67 %. Walaupun demikian, hanya satu dari delapan kasus yang menyatakan bahwa gangguan tidurnya telah didiagnosis oleh dokter.1Lansia dengan depresi, stroke, penyakit jantung, penyakit paru, diabetes, artritis, atau hipertensi sering melaporkan bahwa kualitas tidurnya buruk dan durasi tidurnya kurang bila dibandingkan dengan lansia yang sehat. Gangguan tidur dapat meningkatkan biaya penyakit secara keseluruhan. Gangguan tidur juga dikenal sebagai penyebab morbiditas yang signifikan.

Ada beberapa dampak serius gangguan tidur pada lansia misalnya mengantuk berlebihan di siang hari, gangguan atensi dan memori, mood depresi, sering terjatuh, penggunaan hipnotik yang tidak semestinya, dan penurunan kualitas hidup. Angka kematian, angka sakit jantung dan kanker lebih tinggi pada seseorang yang lama tidurnya lebih dari 9 jam atau kurang dari 6 jam per hari bila dibandingkan dengan seseorang yang lama tidurnya antara 7-8 jam per hari.

Berdasarkan dugaan etiologinya, gangguan tidur dibagi menjadi empat kelompok yaitu, gangguan tidur primer, gangguan tidur akibat gangguan mental lain, gangguan tidur akibat kondisi medik umum, dan gangguan tidur yang diinduksi oleh zat. Gangguan tidur-bangun dapat disebabkan oleh perubahan fisiologis misalnya pada proses penuaan normal. Riwayat tentang masalah tidur, higiene tidur saat ini, riwayat obat yang digunakan, laporan pasangan, catatan tidur, serta polisomnogram malam hari perlu dievaluasi pada lansia yang mengeluh gangguan tidur. Keluhan gangguan tidur yang sering diutarakan oleh lansia yaitu insomnia, gangguan ritme tidur,dan apnea tidur2.

Pandangan Umum Emosi


Emosi adalah suatu kondisi biologi, psikologi dan fisiologi dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.  Emosi seringkali disamakan dengan perasaan, namun keduanya dapat dibedakan. Emosi bersifat lebih intens dibanding dengan perasaan, sehingga perubahan jasmaniah yang ditimbulkan oleh emosi lebih jelas dibandingkan perasaan. Perasaan menunjukan suasana batin yang lebih tenang dan tertutup ibarat riak air atau hembusan angin sepoy-sepoy. Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri- ciri sebagai berikut: Pengalaman emosional bersifat pribadi, adanya perubahan aspek jasmaniah,  emosi diekspresikan prilaku dan emosi sebagai motif.

Fungsi Emosi.
Emosi tidak hanya berfungsi untuk survival, atau sekedar untuk mempertahankan hidup, Akan tetapi emosi juga berfungsi sebagai energizer atau pembangkit energy yang memberikan kegairahan dalam kehidupan manusia. Selain itu, emosi juga merupakan messenger atau pembawa pesan.

Jenis dan Pengelompokan Emosi
Secara garis besar emosi manusia dibedakan dalam dua bagian yaitu, emosi yang menyenangkan atau emosi positif, dan emosi yang tidak menyenangkan atau emosi negative. Emosi yang menyenangkan adalah emosi yang menimbulkan perasaan positif pada orang yang mengalaminya, diantaranya adalah cinta, sayang, gembira, kagum dan sebagainya. Sedang emosi yang tidak menyenangkan adalah emosi yang menimbulkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya, diantaranya adalah sedih, marah,benci, takut dan sebagainya. Manusia mempunyai empat jenis emosi dasar yang telah dibawa sejak lahir dan akan berkembang sesuai dengan pengaruh lingkungan yaitu emosi takut, marah, sedih dan senang.  Semakin bertambah usia seseorang maka akan semakin bertambah jumlah/jenis emosi.  Ekspresi emosi akan ditampakan dalamperilaku.  Misalnya: Emosi sedih akan diekspresikan dalam bentuk menangis.  Perkembangan emosi ditandai dengan perkembangan ekspresi.  Jika ekspresi emosi berkembang maka akan semakin baik.

Teori-teori Emosi
Walgito mengemukakan tga teori emosi yaitu: Teori sentral, teori periferal dan teori kepribadian.
1.   Teori sentral ,
Menurut teori ini, gajala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu; jadi individu mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian mengalami perubahan- perubahan dalam kejasmanian. Teori ini dikemukakan oleh Cannon.
2. Teori Periferal
Menurut teori ini, gejala-gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu, tetapi emosi yang dialami oleh individu merupakan akibat dari gejala-gejala kejasmanian. Teori ini dikemukakan oleh William James(1842-1910) dari amerika Serikat, yang bersamaan waktunya juga dikemukan oleh Carl Lange yang barasal dari Denmark.
3. Teori Kepribadian
Menurut teori ini, emosi merupakan suatu aktifitas pribadi, dimana pribadi tidak dapat dipisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang terpisah. Karena itu maka emosi meliputi pula perubahan-perubahan kejasmanian masalnya apa yang dikemukakan oleh J.Linchoten.

Friday, December 2, 2011

Inventory Test

Inventory tests are tests that primarily use paper and pencil. The test is a self-reportinventory Questionnare, to determine the characteristics of personality, interests(interested), attitude (attitude), and values ​​(value)


Inventory test is very useful to know the personality characteristics such as interests, self-adjustment, motivation, and prejudice. But keep in mind that test equipments used are generally no one is perfect and each test only describe one or several aspects of personality

Some issues in personality inventory tests are:
  1. The definition of personality so much, so that the proper selection of the variousdefinitions of personality tests should underlie the use of inventory.
  2. Personality inventory tests can not be culture free. Therefore, the cultural aspects must betaken into consideration, whereas the values ​​of culture is always changing. While on theother side of the test inventory is expected to provide a stable personality profile.
  3. When the personality inventory test is too sensitive to change, it is difficult to obtain high reliability

In general personality inventory tests have several drawbacks, such as;
  1. Aitemnya ambiguous and unclear command
  2. Subjects wanted to show some impressions of the testers.
  3. Semantic difficulties, different interpretations
  4. The attitude of the subjects who did not cooperate / defensive
  5. Faking or dishonest.
  6. Acquiscence; when aitem made ​​towards more specific answersto mitigate these weaknesses, the tester needs to understand the tests that would be usedproperly so that the present tests with good

Types of Test Inventory
- A personality inventory test
  1. MMPI (Minnesota Personality Inventory)
  2. CPI (California Psychological Inventory)
  3. PIC (Personality Inventory for Children)
  4. MCMI (Millon Clinical Multiaxial Inventory)
  5. 16 PF (Personality Factor Questionnaire sixteen)
  6. Epps (Edward Perssonal Preference Schedule)
  7. PRF (Personality Research Form)
  8. Jackson Personality Inventory
- Interest Inventory Test

  1. SCII (Strong-Campbell Interest Inventory)
  2. JVIS (Jackson Vocationalinterest Survey)
  3. KPR-V (Kuder Preference Record - Vocational)
  4. CAI (Career Assessment Inventory)
  5. RM (The Rothwell-Miller Interest Blank)
- Test of Inventory Value

  1. Study Of Value
  2. WVI (Work Value Inventory)

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites