Gangguan jiwa
termasuk dalam penyakit yang statusnya sama dengan penyakit lain yang bisa
diobati dan disembuhkan. Pada banyak kasus, pasien gangguan jiwa secara medis
dinyatakan sembuh dan dikembalikan kepada keluarganya. Namun, dalam beberapa
bulan mengalami kekambuhan.
Kekambuhan
kembali mantan penderita gangguan jiwa sebagian besar disebabkan oleh kurangnya
perhatian dari lingkungan dan bahkan keluarga sendiri sehingga berakibat pada
lambatnya proses penyembuhan. Hal itu diungkapkan dr. Eniarti M.Sc. Sp.Kj,
Direktur Medik dan Keperawatan RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, Jateng.
"Belakangan
ini pandangan masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa selalu diidentikkan
dengan sebutan orang gila yang dianggap sebagai suatu masalah yang negatif dan
mengancam. Itu mindset yang salah," terangnya, Selasa (20/3/21012).
Akibat pola
pikir yang keliru di masyarakat, banyak keluarga pasien penyakit jiwa
yang tidak mau menerima anggota keluarganya setelah sembuh secara medis.
Akhirnya, penyakit pasien kambuh dan terpaksa dirawat kembali ke rumah sakit.
"Jadi,
perhatian positif dari keluarga dan lingkungan sangat dibutuhnkan para mantan
penderita gangguan jiwa, bagaimana mereka menerima kembali dengan baik mantan
penderita gangguan jiwa, keluarga dan masyarakat sekitar harus memperlakukan
mereka secara manusiawi, kasih sayang, diajak melakukan aktivitas sehari-hari
dan lain-lain," tegasnya.
Oleh sebab
itu, pihaknya berupaya memberikan pendidikan bagi keluarga dan masyarakat
terkait hal tersebut, antara lain dengan mengunjungi keluarga pasien
sebelum pasien dipulangkan. Dalam home visist tersebut, tim khusus dari RSJ
akan memberikan penjelasan pasca kesembuhan penderitan gangguan jiwa. Pihaknya
juga terus bekerjasama dengan puskesmas-puskesmas maupun balai pengobatan yang
ada untuk melakukan pengawasan.
Sumber: health.kompas.com
0 komentar:
Post a Comment